Wednesday, July 27, 2011

Ilmu Management dari Yesus

Dalam perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh, 
Yesus menunjukkan tentang pentingnya mempersiapkan diri. Bila diterapkan dalam dunia usaha,
gadis-gadis yang bodoh, yang tidak mempersiapkan cadangan minyak ketika menantikan sang pengantin, adalah gambaran bisnis yang direncanakan tanpa mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang terburuk. Akibatnya sangatlah fatal. Pintu peluang yang sudah ada di depan mata pun tertutup. Bahkan saat mereka berpikir bahwa mereka bisa menggantungkan diri pada pertolongan teman-temannya, ternyata itu juga tidak terjadi. Ini adalah prinsip yang penting dalam dunia kerja, jangan biasakan bergantung pada pertolongan atau janji-janji yang mungkin pernah diucapkan seseorang dalam masa normal. Karena, ketika situasi sudah sama-sama kritis, jarang ada orang yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan dirinya sendiri.

Seni Perencanaan

    Menyiapkan Diri Sendiri
    Dalam perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh, Yesus menunjukkan tentang pentingnya mempersiapkan diri. Bila diterapkan dalam dunia usaha, gadis-gadis yang bodoh, yang tidak mempersiapkan cadangan minyak ketika menantikan sang pengantin, adalah gambaran bisnis yang direncanakan tanpa mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang terburuk. Akibatnya sangatlah fatal. Pintu peluang yang sudah ada di depan mata pun tertutup. Bahkan saat mereka berpikir bahwa mereka bisa menggantungkan diri pada pertolongan teman-temannya, ternyata itu juga tidak terjadi. Ini adalah prinsip yang penting dalam dunia kerja, jangan biasakan bergantung pada pertolongan atau janji-janji yang mungkin pernah diucapkan seseorang dalam masa normal. Karena, ketika situasi sudah sama-sama kritis, jarang ada orang yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan dirinya sendiri.

    Berpikir Untuk Berhasil
    Perumpamaan tentang talenta menunjukkan seseorang yang terlalu takut mengambil resiko. Apa yang lebih dilihat oleh pekerja yang menerima satu talenta hanyalah bayangan kegagalan, padahal ia belum mengerjakan apa-apa. Sebaliknya, pekerja lain yang menerima lima dan dua talenta berani menjalankan modalnya. Padahal jika saja mereka memiliki mentalitas yang sama dengan pekerja yang memiliki satu talenta, tentu mereka akan lebih takut melangkah karena tanggung jawab yang mereka punya lebih besar. Untunglah mereka berdua lebih mengutamakan keberhasilan dan bukan kegagalan. Demikian pula dalam dunia kerja, jangan takut gagal hanya karena modal kecil, tetaplah berpikir untuk berhasil.

    Rencana Yang Jelas
    Rencana Yesus dalam karya pelayanan-Nya di dunia sangatlah jelas: untuk melakukan karya penebusan dan menggenapi janji Bapa. Menghadapi setiap tantangan, baik dari orang Farisi dan pemimpin Yahudi yang menolak-Nya maupun dari murid-Nya sendiri, Yesus tetap berjalan terus, konsisten pada rencana dan visi-Nya. Dalam dunia kerja, rencana sangat menentukan. Meski demikian, masih banyak usaha yang dimulai tanpa memiliki rencana yang pasti dan bersifat jangka panjang. Karena itu, tentukan rencana jangka panjang anda sekarang. Tetaplah setia padanya karena hal itu akan sangat berguna saat tantangan mulai menghadang.

    Tidak Bergantung pada Materi Saja
    Meskipun pelayanan Yesus pun memerlukan sokongan keuangan yang di antaranya diusahakan oleh Yohana Istri Khuza bendahara Herodes, suzana dan banyak perempuan lain (Lukas 8:3) dan diatur oleh Yudas Iskariot (Yohanes 12:6), akan tetapi kita juga melihat bagaimana merka kehabisan roti, bahkan Yesusu mengatakan bahwa Ia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Meski demikian, semua itu tidak menyurutkan pelayanan-Nya. Ia mengajarkan bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti. Suka atau tidak suka, kita harus menerima itu sebagai kebenaran dan ajaran ilahi. Merintis karir dalam bisnis mungkin sering diasosiasikan hanya tentang uang, modal, keuntungan, dll. Padahal semua itu pun tidak menjamin kesuksesan usaha. Ada banyak hal selain materi seperti kemampuan membaca situasi, kejujuran, intergritas, dan tentu saja iman kepada Tuhan Sang Pemberi berkat, semua itu adalah hal-hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan dalam usaha.


Seni Berkomunikasi 

    Menerapkan Komunikasi Pribadi
    Yesus adalah seorang pengkhotbah yang baik, terbukti begitu banyak orang selalu tertarik mendengarkan kata-kata-Nya. Meski demikian, ia juga selalu menerapkan komunikasi secara pribadi dengan orang-orang tertentu, tentang hal-hal khusus, seperti dengan perempuan Samaria, dengan Nikodemus, atau dengan murid-murid seperti Petrus, Yohanes dan Yakobus. Ini penting, karena kapasitas setiap orang berbeda-beda. Kita juga tentu memiliki pandangan mengenai mana saja orang-orang yang sesuai untuk menerima tugas, petunjuk, tanggung jawab atau kepercayaan khusus dari kita. Dengan menerapkan komunikasi pribadi, terutama untuk hal-hal penting, hal itu akan lebih efektif dan bermanfaat bagi kedua belah pihak.

    Jangan Gemar Berjanji Muluk
    Dalam mengajarkan tentang kerajaan Surga, Yesus tidak lantas memberikan janji-janji muluk, namun Ia justru menyatakan bahwa jalannya sempit dan berbatu-batu. Yesus bukan menakut-nakuti, namun juga tidak mengobral janji, Ia menyatakan apa adanya. Janji Yesus memang adalah kehidupan kekal dan keselamatan, akan tetapi semua itu memerlukan perjuangan. Dalam bisnis, godaan untuk melebih-lebihkan kenyataan yang ada mungkin sangat kuat. Mungkin dalam merekrut karyawan, dalam menyajikan presentasi pada klien atau pada atasan kita sering memberikan janji atau pernyataan yang membesar-besarkan realita yang ada. Hal itu adalah kebiasaan yang berbahaya. Jika klien, karyawan atau atasan kita melihat kenyataan ternyata tidak sesuai yang dijanjikan, kredibilitas anda justru yang akan terancam. Komunikasi yang persuasif (meyakinkan) bukanlah yang bombastis.


Seni Menciptakan Kegembiraan Kerja

    Apresiasi dan Terima Kasih
    Jangan pernah lupa untuk mengucapkan terima kasih atau memberikan apresiasi pada rekan kerja kita. Yesus selalu menyatakan syukur pada Bapa-Nya atas semua hal. Dilain kesempatan, ia juga menyatakan apresiasi pada wanita yang mengurapi-Nya dengan minyak wangi. Apresiasi atau paling tdak ucapan terima kasih memang kedengarannya hanya hal kecil, akan tetapi jangan pernah meremehkan dampak darinya.

    Bukan Untuk Mengejar Kedudukan
    Para murid sering meributkan siapa yang terbesar di antara mereka. Kita juga melihat ibu Yohanes dan Yakobus yang meminta agar Yesus menjamin kedudukan terhormat bagi kedua putranya saat Ia mendirikan Kerajaan-Nya. Akan tetapi Yesus berulang kali menekankan bahwa siapa yang ingin menjadi yang terbesar adalah yang mau melayani sesamanya. Situasi penuh persaingan demi mengejar kedudukan memang bisa membawa akibat negative dalam atmosfer kerja. Bahkan, tak jarang kondisi itu sengaja dimunculkan dengan harapan akan tercipta kompetisi untuk melakukan yang terbaik. Akan tetapi, kita melihat di sini bahwa kompetisi bagaimanapun juga harus tetap memerhatikan jalur dan tetap mengembangkan rasa saling hormat antara satu dengan yang lain. Karena itu, menjadi tugas anda menciptakan situasi yang lebih kondusif, di mana staf bisa saling menghargai dan membantu satu sama lain.

    Rehat
    Dalam masa-Nya yang begitu singkat, Yesus masih menyempatkan diri untuk beristirahat. Demikian pula, kinerja akan lebih efektif dan terjaga jika ada waktu cukup untuk beristirahat dan menenangkan pikiran bagi semuanya.


Seni Membina Bawahan

    Training
    Yesus tidak hanya mengajar atau memberikan teori kepada murid-murid-Nya. Ia juga memberikan training lapangan saat mengutus tujuh puluh murid agar pergi berdua-berdua untuk mendahului Dia ke kota yang akan Ia kunjungi (Lukas 10:1-12). Pengalaman itu pun membawa hasil yang luar biasa dan kelak akan sangat berguna saat para murid benar-benar memberitakan Injil ke seluruh dunia. Membina bawahan dengan menyediakan training mungkin sedikit merepotkan kita. Tentu saja, sebagai manusia kita lebih ingin bawahan yang sudah siap, sudah jadi, dan memahami semua maksud kita. Tapi, menunggu bawahan yang seperti itu hanya akan membuat kita tidak bekerja dengan siapa-siapa. Jika ingin mendapatkan bawahan yang berkembang dan bisa bekerja sama dengan kita, lakukanlah training yang terarah, intensif dan tepat sasaran.

    Menegur
    Mampukah kita menegur atau memberikan kritik pada bawahan kita yang terbukti salah tanpa membuatnya sakit hati dan meninggalkan kita? Yesus pun pernah menegur murid-murid-Nya. Misalnya ketika mereka ragu dengan kuasa Allah, ketika mereka mulai merasa tinggi hati, dsb. Satu hal yang di tampakkan di sini adalah Yesus menegur (bahkan dengan keras), hanya ketika Ia melihat para murid mulai melangkah ke luar batas. Teguran itu pun dipakai demi itikad baik, yaitu untuk mengembalikan mereka kembali ke jalur yang benar. Selain itu, Yesus pun menegur dengan penuh pertimbangan kedekatan (berapa lama Ia tinggal bersama) antara Ia dan murid-muridnya (Markus 9:19). Menegur memang penting, tetapi ada aturannya sendiri. Tegurlah dengan maksud, cara dan pertimbangan yang tepat.

    Membagikan Kemenangan
    Yohanes Pembabtis adalah seorang yang pernah dipuji di depan umum dengan berlimpah-limpah oleh Kristus (Matius 11:2-19). Di sini kita bisa melihat bagaimana Yesus yang ketika itu mulai dikenal oleh banyak orang membagikan kemenanga-Nya pada Yohanes yang menjadi pembuka jalan bagi Dia. Demikian pula kita hendaknya juga selalu memastikan bahwa kita tidak lupa untuk membagikan kemenangan atau hasil yang kita peroleh dengan staf kita, atau dengan mereka yang ikut berkontribusi dalam kesuksesan itu. Kebiasaan ini adalah bukti bahwa kita tidak melupakan jasa mereka, meskipun mungkin sudah ada penghargaan (misalnya penghargaan berupa materi), namun pengakuan secara lisan juga jangan sampai di lupakan.

    Membela Bawahan Anda
    Untuk melakukan ini, intinya adalah kesadaran bahwa anda dan bawahan anda dan bawahan anda adalah tim. Membela bawahan bukan berarti kita selalu membenarkan bawahan kita. Sebagai bagian dari tim, kesalahan bawahan adalah kesalahan anda juga. Yesus pun mempraktekkan ini dalam menanggapi kritik orang Farisi pada para murid-Nya yang memetik gandum pada hari Sabat (Matius 12:1-8). Sebagai pemimpin, Yesus menunjukkan kesetiakawanan yang besar pada para murid-Nya. Ia tahu bahwa orng Farisi mengkritik murid-murid dengan tujuan untuk menjatuhkan Dia. Artinya, Yesus sadar bahwa sebagai tim, semua saling berhubungan.  Namun, jika memang harus ada konsekuensi yang harus di tanggung si bawahan yang melakukan kesalahan (misalnya harus lembur untuk memperbaiki), itu lebih baik diselesaikan dalam lingkup internal tanpa perlu dibesar-besarkan.


Seni Menjalin Hubungan

    Humas Yang Baik
    Memakai istilah dunia bisnis, siapakah tokoh Alkitab yang bisa dikatakan sebagai humasnya Yesus? Jawabannya adalah Yohanes Pembabtis. Yohanes yang disebut sebagai pembuka jalan bagi Yesus adalah orang yang mewartakan kedatangan sang Mesias yang datang dalam rupa manusia. Hasilnya pun sangat memuaskan, banyak orang pun mengetahui kabar tentang Yesus di antaranya lewat Yohanes Pembabtis. Beberapa “strategi huma” yang ia pakai seperti pengaturan waktu yang tepat, pemilihan kata-kata dan referensi yang kuat telah membentu masyarakat dalam menyerap citra Sang Mesias yang puncaknya terjadi saat Yesus benar datang dan dibaptis oleh Yohanes. Satu hal yang tak kalah penting adalah bahwa Yohanes tidak membesar-besarkan apalagi menipu dalam mewartakan sang Mesias. Ini penting dalam kehumasan bisnis kita, membangun citra usaha kita memang memerlukan seni tersendiri, tapi itu tidak berarti menipu diri atau membesar-besarkan.

    Makan Bersama
    Dalam Alkitab, kita sering mendapati Yesus memanfaatkan acara makan bersama dalam melayani. Ia misalnya, makan dengan para pemungut cukai, dengan Zakheus, bahkan murid-murid-Nya pun baru menyadari kehadiran Yesus dalam tubuh setelah bangkit, dalam sebuah acara makan bersama ketika Ia memecah-mecahkan roti (Lukas 24:30). Tak heran, banyak perjanjian bisnis pun dilakukan di meja makan. Namun, kita mungkin sering mengabaikan pentingnya acara makan bersama ini. Kita mungkin lebih senang makan siang di depan meja sendiri ketimbang bersama staf lain. Padahal, momen itu adalah momen yang baik untuk mengembangkan komunikasi yang lebih dekat, secara lebih terbuka dan santai.


Seni Manajerial

    Tanggap Bereaksi
    Yesus mengajarkan kita untuk tanggap bereaksi. Ia segera bertindak saat ada yang membutuhkan pertolongan, Ia segera mengulurkan tangan sebelum Simon Petrus tenggelam saat berjalan di atas air, Ia juga mengajarkan para murid untuk segera meninggalkan kota yang memang menolak pemberitaan Injil dengan istilah “mengibaskan debu” (Matius 10:14). Sikap tanggap dalam bereaksi adalah syarat penting dalam bisnis. Memang kita tidak memiliki kuasa atau hikmat seperti Yesus, akan tetapi kita seringkali juga mendapati bahwa ada kerugian atau kegagalan tertentu yang sebenarnya bisa dihindari jika saja kita tanggap. Akan tetapi, sikap keras kepala, suka menganggap enteng, terlalu percaya diri, bahkan takut atau malas bertindak sering menjadi penyebab kenapa kita terlambat bereaksi.

    Evaluasi
    Yesus juga menerapkan proses evaluai terhadap murid-murid-Nya (misanya di Matius 13:51), Ia memastikan bahwa para murid mengerti apa yang Ia ajarkan. Evaluasi ini perlu di jalankan secara terus menerus dan rutin. Dengan evaluasi, kita akan dapat mengukur sejauh mana tujuan perusahaan dan tim kita berjalan. Tanpa evaluasi, jangan heran jika masing-masing seakan bisa berjalan sendiri-sendiri dan membingungkan anggota tim anda. Evaluasi ini di lakukan lewat pertanyaan-pertanyaan. Tujuan dari pengajuan pertanyaan ini tentu baukan untuk mencari jawaban yang benar, akan tetapi pertanyaan itu adalah alat untuk mengukur sejauh mana pemahaman dan kesesuaian visi antara tim/karyawan dengan perusahaan.

    Delegasi
    Di Alkitab, kita sering melihat Yesus mendelegasikan tugas pelayana-Nya pada para murid. Ia misalnya mengutus beberapa murid untuk mendahului ke kota yang akan Ia kunjungi )Matius 26:18). Selain itu, para murid pun juga memiliki tugas ikut melayani doa kesembuhan (Matius 17:16). Ini membuktikan betapa pentingya delegasi tugas itu. Jika Tuhan yang berkuasa dan Maha Hadir pun suka mendelegasikan tugas, apalagi kita. Mungkin ada kekhawatiran bahwa tugas yang kita delegasikan tidak dapat diselesaikan dengan baik, tapi itupun dialami Yesus. Akan tetapi, Ia tidak kapok karena tahu bahwa pendelegasian tugas itu sangat bermanfaat untuk masa mendatang.

    Time Management
    Yesus selalu menekankan pada pemanfaatan waktu semaksimal mungkin. Berulang kali Ia menyatakan bahwa “waktunya sudah dekat…” atau “waktu-Ku belum tiba…” Inilah yang menyebabkan ada kalanya Ia bersegera, tapi pernah juga misalnya ketika Lazarus sakit Ia seakan menunggu sehingga terkesan “sudah terlambat” (Lazarus meninggal). Namun, kita pun melihat sendiri bahwa ternyata itu dilakukan demi sesuatu yang lebih besar lagi. Manajemen waktu adalah mutlak. Belajar dari Yesus, kita melihat bahwa Ia selalu mengatur waktu-Nya sedemikian rupa sehingga setiap karya yang Ia lakukan dapat membawa dampak yang maksimal. Ia tidak terlalu cepat dan tidak terlambat. Dalam bisnis, kita misalnya perlu mepertimbangkan kapan sebuah produk sebaiknya diluncurkan, atau kapan sebuah kabar buruk bisa disampaikan, bagaimana mengefektifkan waktu dengan memperhitungkan sumber daya dan kesulitan proyek yang akan dijalankan, dsb.

    Fokus
    Matius 6:24 menyatakan dengan jelas “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.” Di masa kini, kita mengistilahkan nasihat ini dengan sebutan “fokus”. Dalam dunia bisnis, focus yang jelas tentu saja penting. Godaan untuk mengambil semua tawaran yang ada memang selalu ada. Akan tetapi, kita bisa belajar dari sini bahwa kita perlu melihat kepada sejauh mana kemampuan diri kita sendiri. Sementara terkait dengan mengabdi pada dua tuan ini, jika anda adalah seorang manajer mungkin anda pun sering tergoda untuk memberikan dua tugas berbeda kepada satu karyawan. Namun, banyak contoh menunjukkan bahwa sering juga hal seperti itu justru membuat kinerja karyawan menjadi tidak maksimal. Karena itu, belajarlah dari kebijaksanaan nasihat Yesus ini.

    Memperhatikan Keluarga
    Meskipun yesus pernah mengatakan bahwa orang yang mengikut Dia harus rela meninggalkan keluarganya. Akan tetapi, Yesus terbukti sangat memerhatikan keluarga murid-murid-Nya. Ia misalnya menyembuhkan ibu mertua Petrus, penyebutan nama murid-Nya dengan si A anak B, dsb. Juga adalah bukti bahwa Ia tidak melupakan keluarga murid-Nya. Sebagai staf atau manajer, kita pun perlu menyadari bahwa seseorang tak bisa dilepaskan dari keluarganya. Karena itu, memberikan perhatian seperti mengunjungi jika ada anggota keluarga rekan kerja yang meninggal, jika ada staf yang melahirkan, menikah, dsb. Tidak bisa disepelekan. Perhatian seperti itu sangat dibutuhkan oleh mereka yang bekerja bersama dengan kita.


Seni Kepemimpinan

    Servant Leadership
    Kepemimpinan yang melanyani (servant leadership) adalah cirri kahas kepemimpinan Yesus. Jika dunia mengajarkan bahwa menjadi terdepan dan nomor satu adalah segalanya, Yesus mengajarkan bahwa kepemimpinan harus mendahulukan kepentingan orang lain. Sebagai seorang pemimpin, kita pun harus dapat melihat kepentingan bawahan danjuga pelanggan terlebih dulu. Tentu ini tidak berarti kita mengubah diri kita menjadi pribadi yang mudah disetir orang lain. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang memperhatikan kepentingan yang lebih luas, ia bukan pemipin yang menuntut agar bawahan bekerja maksimal namun dirinya sendiri harus berkorban seminimal mungkin. Sebaliknya, ia akan mengusahakan keuntungan bagi semua pihak. Jika sebagai pemimpin kita mengutamakan bawahan atau langganan, loyalitas otomatis akan muncul, dan disaat-saat genting pun, loyalitas inilah yang akan menyelamatkan perusahaan.

    Tidak Mabuk Pujian
    Dalam beberapa kesempatan, Yesus terlihat menegur orang-orang yang memuji-Nya, namun Ia tahu bukan dengan ketulusan. Ketika seorang pemuda kaya menyebut-Nya “baik: (Lukas 18:18), Ia justru menolak sebutan itu. Demikian pula ketika Ia mendengar “ikrar kesetiaan” Petrus (Yohanes 13:37). Bukan berarti Yesus selalu sinis dengan pujian. Ia pun menerima pujian, tapi yang disampaikan dengan ketulusan tanpa maksud tersembunyi. Pemimpin yang sedang sukses seringkali rentan dengan pujian ini. Memiliki mitra kerja yang “yes man” atau ABS mungkin ‘menyenangkan’, tapi itu juga adalah seperti menyimpan bom waktu dalam saku. Miliki kemampuan membedakan pujian tulus dan pujian yang hanya ditujukan untuk menjilat.

    Regenerasi
    Siapa yang tak suka berkuasa? Namun, seorang pemimpin sejati bukanlah orang yang berusaha memegang kekuasaanselama mungkin. Ia akan menyiapkan pengganti, mempersiapkan dan berani memberi kepercayaan pada kader-kader muda yang bisa memimpin dan mengembangkan organisasi dengan baik. Sejak awal, Yesus telah memilih 12 murid yang mungkin saja sederhana, tapi dengan system kaderisasi yang sangat baik, kita pun bisa melihat hasilnya kini.

    Jadilah Inspirasi
    Ada banyak pemimpin, namun sedikit saja yang mampu menjadi inspirasi. Yesus adalah salah satu inspirasi kepemimpinan sepanjang masa. Jika tidak, kita tidak akan mengenal para martir, orang-orang yang rela menyerahkan nyawanya untuk pemberitaan Injil, sama seperti yang diteladankan Kristus. Kita juga tak akan pernah melihat perkembangan gereja Tuhan yang terus mempertahankan eksitensinya selam ribuan tahun. Jadi, seperti apakah pemimpin yang inspiratif itu? Pemimpin inspiratif adalah pemimpin yang berintegritas. Ia adalah pemimpin yang benar-benar mengetahui apa yang dikatakannya, dan ia juga mempraktikkan apa yang ia katakan. Bahkan tak Cuma itu, selain mengerjakan tanggung jawabnya sendiri, ia juga akan selalu memberi dorongan dan motivasi bagi orang lain untuk berusaha agar dapat mencapai kesuksesan. Artinya, ia juga tidak pelit membagi ilmunya. Hal ini bisa terjadi kerena pemimpin itu tahu bahwa peranannya bukan hanya dalam perusahaan atau organisasinya saja. Sebagai pemimpin dan manusia, ia tahu bahwa ia punya peran dalam masyarakat, bahwa ada tanggung jawab untuk menjadikan dunia dan kehidupan yang lebih baik.


Seni Menghadapi Masalah

    Selalu Siap
    Yesus berulang kali menyatakan tentang kematian-Nya atau tentang puncak tugas-Nya yaitu salib. Meski sering kali murid-murid-Nya tidak mengerti bahkan tidak suka jika Gurunya berbicara seperti itu. Akan tetapi, hal itu dilakukan Yesus agar murid-murid dan termasuk Diri-Nya sendiri siap untuk menghadapi masa-masa sulit yang akan segera datang. Hal sama juga harus kita terapkan dalam pekerjaan kita. Walaupun usaha kita saat ini mungkin sedang mengalami masa keemasan (ingat, beberapa saat sebelum Ia disalibkan. Yesus justru mengalami ‘masa keemasan’ saat Ia dieluk-elukan sebagai raja), jangan sampai itu membuat kita terlalu terhanyut dan membuat kesepakatan atau rencana yang terlalu bombastis, tanpa mempertimbangkan sumber daya atau resiko yang mungkin ada.

    Tenang
    Ketika badai menghantam kapal yang Ia dan para murid di tumpangi, bahkan ketika para prajurit datang untuk menangkap dan menyalibkan-Nya, Yesus justru tetap tenang. Meski demikian, ketenangan-Nya juga tidak berarti pasif, Ia tidak berbuat apa-apa. Denganketenangan, Ia kemudian meghardik badai, dan dengan tenang Ia menyembuhkan telinga Malkhus yang dipotong Petrus serta menyerahkan Diri-Nya agar rencana Allah digenapi. Bagaimana dengan sikap diri kita saat ada masalah mengancam? Apakah kita terbiasa panik, berteriak-teriak, main perintah sana-sini, atau dapatkah kita tetap tenang, bahkan menyempatkan diri untuk membawa masalah itu dalam Doa? Belajarlah dari Yesus, meskipun kita juga melihat bahwa Ia sendiri memang takut menghadapi penyaliban, namun Ia tetap tenang berjaga-jaga dan berdoa.

    Jangan Terlalu Khawatir
    Yesus memang tidak mengajarkan agar kita bersantai-santai saja dalam menjalani hidup, Ia berulang kali mengatakan agar kita selalu berjaga-jaga. Akan tetapi, disaat bersamaan Ia juga berkata “janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri” (Matius 6:34). Banyak orang yang selalu khawatir pada urusan besok. Bagaimana jika situasi ekonomi memburuk setelah pemilu? Bagaiman jika usaha saya gagal bersaing? Bagaimana dengan presentasi besok? Bagaimana jika laporan belum siap saat deadline? Kekhawatiran sama sekali tidak membantu persiapan diri anda. Sebaliknya, manfaatkan waktu (misalnya setelah pulang kerja) lebih untuk istirahat, menenangkan pikiran, dan memantapkan diri anda.

    Konflik Harus Segera Diselesaikan
    “Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan..” (Matius 5:25). Konflik bukanlah hal yang tabuh, tetapi jangan sampai hal itu dibiarkan berlarut-larut. Ketika murid-murid bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka, Yesus pun segera turun tangan agar masalah yang mungkin saja tampak tidak begitu penting (namun berpotensi menimbulkan perpecahan) itu tidak berlarut-larut. Kita mungkin sering mengalami konflik atau perbedaan pendapat dengan rekan sekerja kita. Mengutarakan pendapat masing-masing, di satu sisi memang bermanfaat agar kesepakatan dan hubungan saling melengkapi dapat tercipta. Namun, tak jarang konflik juga menimbulkan kepahitan (untuk pihak yang merasa ‘dikalahkan’) atau superioritas berlebihan (untuk pihak yang merasa ‘menang’).  Untuk menghadapi masalah itu, apakah posisi kita adalah penengah atau pihak yang berkonflik, pastikan itu segera diselesaikan sesegera mungkin.

No comments:

Post a Comment